Sabtu, 18 Februari 2012

Muncul karena Kebetulan

BANDAR LAMPUNG—Keberadaan pusat keramaian di Bandar Lampung boleh dibilang muncul karena sebuah kebetulan. Kota Tapis Berseri masih kekurangan public space sebagai tempat berinteraksinya warga.

Ketua Program Studi Teknik Arsitektur Universitas Bandar Lampung (UBL) Fritz Akhmad Nuzir mengatakan kemunculan pusat-pusat keramaian di Bandar Lampung masih sebatas kebetulan, bukan sengaja didesain menjadi pusat keramaian. Terkadang, lokasi yang didesain menjadi pusat keramaian dan ruang terbuka malah sepi dan tidak menjadi pilihan.

Menurut dia, ruang terbuka yang kemudian berkembang menjadi pusat keramaian ini perlu diperhatikan pemerintah. Perlu ada pendekatan yang partisipatif sehingga tidak membuat ruang publik malah sepi. "Jika memang tidak sesuai peruntukan, perlu ada tindakan tegas," katanya.

Ruang terbuka memang untuk ditempati dan sebagai daerah yang dipakai untuk kepentingan publik yang bisa diakses siapa saja. Menurutnya, sangat aneh jika ruang terbuka dipagari. Inti dari keberadaan ruang terbuka adalah agar digunakan.

"Justru ketika public space semakin ramai semakin baik. Pemerintah harus akomodatif dengan keramaian yang ada dalam ruang terbuka, jangan malah diusir. Keraiaman yang ada di ruang terbuka hijau sah-sah saja selama tidak mengurangi fungsi awalnya. Ruang terbuka bisa diisi PKL (pedagang kaki lima) atau kegiatan olahraga," kata Ketua Umum Ikatan Arsitek Lanskap Indonesia (IALI) Lampung ini.

Dia mengakui ruang publik dan ruang terbuka hijau di Kota Tapis Berseri masih kurang. Masih perlu ditambah lagi keberadaan ruang terbuka. Ruang-ruang inilah justru menghidupkan kota dan menggerakkan sektor ekonomi rakyat. Keberadaan ruang terbuka yang sudah ada harus dipertahankan, jangan sampai berubah fungsi. "Dahulu ruang terbuka ada banyak dan sudah didesain. Namun, tidak bertahan dan malah berubah fungsi," ujarnya.

Pemkot, kata Fritz, perlu melakukan perencanaan matang dan konsisten yang melibatkan beberapa satuan kerja perangkat daerah (SKPD) untuk membuat ruang terbuka yang baru. Misalnya, dengan membuat jalur pejalan kaki atau pedestrian yang lebih layak. Jalan Raden Intan dan Jalan Kartini memiliki peluang untuk dibuat jalur pejalan kaki yang lebih lebar, sehingga memungkinkan menjadi ruang terbuka yang ramai saat malam hari.

Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Tata Kota, dan Dinas Kebudayaan Pariwisata harus bersatu dalam membuat desain pedestrian yang bisa menjadi lokasi wisata. Namun, perencanaan yang matang harus diikuti dengan pengerjaan yang berkelanjutan, jangan berhanti di tengah jalan sampai semua program tercapai.

Tenaga Ahli Pemkot Bandar Lampung I.B. Ilham Malik mengungkapkan ruang terbuka yang berubah menjadi pusat keramaian yang ada memang bisa tumbuh sendiri tanpa harus difasilitasi Pemkot. Ketika sudah ramai, mau tidak mau Pemkot perlu untuk memberikan fasilitas agar tempat tersebut lebih humanis dan ramah terhadap pedagang dan pembeli.

Pemkot pun tidak begitu saja membiarkan ruang terbuka menjadi pusat keramaian. Bila memang peruntukannya sesuai, akan difasilitasi. Pemkot akan memfasilitasi dengan membuat regulasi, misalnya dengan membuat kebijakan waktu berdagang. (PADLI RAMDAN/U-2)

Sumber : http://lampungpost.com/berita-utama-cetak/24591-muncul-karena-kebetulan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar